Rabu, 20 Juli 2016

MATERI RAKERDA

MATERI RAPAT KERJA ASOSIASI GURU PAI KOTA TANGERANG SELATAN
BOGOR , 30-31 JANUARI 2016

Program ini disusun sebagai bahan rapat kerja AGPAII. Mengingat keterbatasan kontribusi saran, pendapat, dan masukan pada saat penyusunan program, draft yang disusun ini masih perlu disempurnakan dan akan disahkan  dalam rapat kerja sebagai acuan kerja definitif Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Guru Pai Indonesia Kota Tangerang Selatan

1.      PENDATAAN ONLINE KARTU ANGGOTA AGPAII;
Sebagai organisai massa yang visi misinya diarahkan untuk berkhidmat meningkatkan profeionalime guru PAI , maka memberikan aksesibilitas dan kemudahan seluas-luanya bagi GPAI untuk beroleh berbagai informasi terupdate merupakan kenicayaan. Jika upaya konvensional dengan pendekatan head to head communication agak muykil dilakukan karena keterbataan ruang dan waktu selain eratisitas kesibukan dan aktivitas tiap tiap GPAI. Sehingga sangat dimungkinkan keterjangkauan arus komunikasi antar GPAI berjalan tidak merata. Walhasil banyak GPAI yang belum terdata dalam komunitas besar GPAI. Maka agar niatan strategis ini bisa diwujudkan, plus bersikap adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi, pendekatan ciber (cyber approach) melalui pendataan GPAI secara online menjadi penting dilakukan
2.      PENGUATAN JARINGAN INTERNAL DENGAN FKG, KKG, MGMP
Sebelum AGPAII disahkan secara regulative sebagai rumah besar GPAI, beberapa perkumpulan formal yang dibentuk untuk mewadahi hajat komunikasi formal dan informal GPAI melaui KKG, FKG, dan MGMP telah terlebih dahulu menunjukkan ekisteninya dalam konstalasi yang beragam. Bagi AGPAII keberadaan organisasi-organisasi tersebut harus dipandang sebagai anugerah tak terduga (blessing in disguess) yang harus disikapi dalam perspektif kemitraan positif. Diperlukan sebuah rumusan agar bisa mempertemukan aksentuasi khas gerakan masing masing agar tidak saling bertumbukan dan bereseberangan alih-alih saling menguatkan. Rumuan terebut pada gilirannya diupayakan menjadi semacam kisi kiisi gerakan yang mempertautkan dan dapat dijalankan secara beriringan.
3.      PENGUATAN JARINGAN EKSTERNAL: KEMENAG, DINAS PENDIDIKAN, PEMKOT, DLL
Dalam lingkup kedinasan, profesi guru akan sangat erat kaitannya dengan satuan-satuan pengayom formal yang menjadi representasi dan kepanjangan tangan pemerintah dalam berkhidmat di dunia pendidikan. Hal ini terkait langsung dengan arah kebijakan dan kebajikan yang penting untuk dicermati secara partisipatif, adaptif, dan komunikatif. Di samping itu, harus diakui bahwa AGPAII sebagai organisasi non provit sangat tidak mungkin menjalankan visi dan misinya melalui berbagai kegiatan tanpa sokongan kebijakan dan kebajikan. Karenanya, diperlukan suatu strategi agar peran AGPAII tidak terseok-seok diantara GPAI dan egala persoalannya dengan abai terhadap berbagai peluang yang belum tergali di tempat mana organisasi ini berkhidmat
4.      KERJASAMA DENGAN KESBANGPOL
Harus diakui bahwa tendensi masyarakat global terhadap semua yang berlabel Islam kerap telah menjelma menjadi stereotype negatif bagi ummat Islam pada umumnya. Terlebih jika dihubungkan dengan maraknya kasus terorisme yang ditenggarai banyak dilakukan oleh ‘oknum’ ummat Islam tertentu yang menggunakan label-label islam untuk sebagai pemantik aksi. AGPAII yang mengusung Islam yang sejatinya ‘rahmatan lil ‘aalamiin’ harus menjadi arus utama yang mampu menepis stereotype yang terlanjur disematkan kepada islam dan Ummat Islam. Karenanya AGPAII perlu menentukan berbagai ikhtiar positif agar misi agungnya linier dengan misi kemanusiaan mewujudkan kedamaian secara universal dalam arti seluas-luasnya. Sebagai wadah pemerintah daerah yang ditugasi mengayomi persoalan-persoalan masyarakat dan penyelesaiannya menjalin kerjaama dengan Kesbangpol Pemerintah Kota Tangerang Selatan menjadi kenicayaan.
5.      PEMBUATAN PROGRAM KERJA BERSTANDAR NGO;
Agar posisi tawar organisasi dan kontribusinya bisa diakui oleh masyarakat luas, menjalin kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat adalah keharusan. Kepercayaan menjadi harga mati yang dibutuhkan. Oleh karena itu, AGPAII harus mampu merumuskan program kerja yang tidak sekedar memenuhi standar normatif namun juga harus adaptif , responsif, mengglobal, dan prospektif .
6.      PENYEMPURNAAN PROGRAM BTQ;
Bagi ummat Islam Al-Qur’an adalah arus utama menata kehidupan. Karenanya upaya membumikan nilainilai AlQur’an harus diusung sebagai arus utama. “Al-Qur’an lebih utama diajarkan dan dipelajari”, demikian kira-kira semboyan yang diusung. AGPAII harus berusaha merumuskan langkah dan strategi yang tepat guna dan tepat sasaran agar proses internaliasi nilai-nilai AlQuran melalui pembelajaran seperangkat anasir pendukungnya dapat terlaksana. Terlepas dari Kkebijakan politis dan strategis pemerintah kota Tangerang Selatan yang menjadikan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) selain sebagai andalan keunggulan, merumuskan berbagai acuan dan program untuk penyempurnaan program BTQ menjadi persoalan tersendiri bagi AGPAII. Dengan rumuan ini AGPAII akan memiliki posisi tawar yang strategis sekaligus  berada di dalam garda terdepan dalam pengajaran BTQ di Kota Tangerang Selatan. Terlebih pemerintah Kota Tangerang Selatan, terlepas dari anasir politis, telah meluncurkan kebijakan Tangerang Selatan Menghafal. Kebijakan tersebut, sekali lagi, terlepas dari persoalan politis, bagi AGPAII adalah sebuah tantangan. Setidaknya, AGPAII telah menyiapkan sejumlah langkah agar kebijakan BTQ Tangsel benar benar konkret dan aplikatif. Beberapa agenda baik yang terkait dengan kebijakan dan kebajikan pengurus AGPAII periode sebelumnya yang perlu dikawal dan disempurnakan, AGPAII perlu juga mengelaborasi berbagai pendekatan, metode, dan program untuk penyempurnaan BTQ. Beberapa usulan telah mengemuka dari berbagai elemen GPAI semisal penyempurnaan rumuan BTQ, Penyusunan Buku Panduan Pembelajaran BTQ, Panduan Tahfizhul Qur’an yang kontinum meliputi semua jenjang, Pendekatan Metode Tamyiz untuk penguasaan Tarjamah Qur’an dengan pendekatan rekreatif, dll..
7.      PELATIHAN METODE TAHSIN DAN TAHFIZH ALQUR’AN
8.      PELATIHAN METODE TAMYIZ (PINTAR TARJAMAH QUR’AN 24 JAM)
Program 7-8 terintergrasi dengan program 6 dari sisi linearitas namun untuk menjaga independensi dan keajegan masing-masing keduanya layak dijadikan program andalan AGPAII. Melalui kedua program ini diharapkan bisa melahirkan sebuah kegiatan akbar semisal parade akbar 5000 siswa menghafal Yasin dan Menerjemah Qur’an. Jika keterjangkauannya bisa menyentuh mayoritas GPAI di masa masa selanjutnya AGPAII bisa merumuskan system kontrol untuk mengukur ketercapaian program pada tataran aplikasi.
9.      MEMFASILITASI LAYANAN ADVOKASI GPAI
Sebagai organisai yang mewadahi komunitas GPAI, upaya mengakomodasi kebutuhan linier yang terkait dengan profesi keguruan menjadi arus utama. Tetapi, persoalan yang menyangkut GPAI tidak tercekat dalam persoalan normatif ansich. Ada sejumlah persoalan yang kadang-kadang menjadi penting jadi subyek perhatian, namun kita kerap abai terhadap persoalan-persoalan tersebut. Persoalan yang dimakud di sini adalah yang menyangkut perlindungan hukum terhadap GPAI. AGPAII sebagai rumah besar GPAI harus bisa menjadi harapan bagi seluruh GPAI pada lingkup tugas yang dimungkinkan mendapatkan hak perlindungan hukum. Karenanya diperlukan sikap akomodatif atas persoalan-persoalan yang membutuhkan advokasi sekaligus ranah apa saja yang bisa dilakukan AGPAII untuk GPAI pada aspek advokasi.
10.  PEMBENTUKAN KOPERASI AGPAI
Merumuskan program equivalen dengan merumuskan struktur kebutuhan. Jika kebutuhan yang dimakud linear dengan kata pembiayaan, maka, uruan pembiayaan program juga harus menjadi subyek yang dicermati dan dipikirkan bersama. Sebagai organisasi nonprovit AGPAII bukanlah lumbung uang yang setiap kali menentukan kegiatan dengan serta merta beban pmbiayaan bisa dicairkan saat dibutuhkan. Diperlukan keuletan dan rembug pikir agar semua kegiatan tidak selalu terbentur persoalan financial. Maka, diperlukan sebuah terobosan dan terabasan agar setidaknya ada sebuah alternatif dari sekian banyak solusi yang sukar ditempuh melalui usaha pendirian KOPERASI AGPAII.
11.  PERTEMUAN RUTIN PENGURUS DIKEMAS DALAM BENTUK WORKSHOP, SEMINAR, DLL;
Membangun kebersamaan dan kebermaknaan sekaligus dalam satu kesempatan adalah sesuatu yang sulit diwujudkan. Acapkali ekspektasi ideal yang kita bangun tidak gayung bersambut dengan antusiasme untuk mewujudkannya. Sekedar untuk berkumpul dan mengerahkan masa dalam kegiatan tertentu belum tentu melahirkan kebermaknaan. Membangun sinergi dalam bangunan organisasi tidak mungkin terjadi tanpa didukung komunikasi yang efektif. Supaya komunikasi terjalin dengan intens dan efektif sekaligus perlu diupayakan satu cara serius yang dibangun di atas sebuah komitmen bersama. Komitmen inilah yang pada gilirannya akan melahirkan kebermaknaan.
12.  PENINGKATAN KUALITAS KBM GPAI
AGPAII harus concern pada persoalan persoalan yang terkait langsung dengan sikap profesionalitas GPAI. Jika disederhanakan dalam lingkup tugas utamanya, melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah tugas professional GPAI. Fokus pada peningkatan kualitas KBM bagi GPAI adalah mutlak. Sebab, dari ruang-ruang terbatas berupa kelas pembelajaranlah transformasi nilai-nilai idealisme akan dibangun. AGPAII dituntut agar mampu merumuskan pola-pola dan/atau kegiatan-kegiatan yang diarahkan secara langung pada peningkatan kualitas KBM GPAI. Termasuk di dalamnya mencarikan solusi agar keterjangkauan ‘aksi’ peningkatan kualitas KBM GPAI benar-benar-benar dirasakan GPAI dalam arti seluas-luasnya.
13.              STUDY BANDING ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN
Membangun organisasi menjadi lebih baik kerapkali harus dilakukan dengan cara membanding-bandingkan (komparasi). Dari sini akan terlihat apa yang menjadi kelemahan yang haru ditutupi dan kelebihan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Yang menjadi kebiasaan umum kegiatan yang satu ini adalah mengangkat keunggulan dan kerap membesar-besarkan keunggulan pihak lain tanpa berupaya mengelaborasi keunggulan-keunggulan tersebut menjadi sebuah pola keunggulan baru. Dalam upayanya ini AGPAII perlu memilah dan memilih lembaga, institusi, atau organisasi apa yang perlu dijadikan tujuan studi banding mengacu pada program dan nilai-nilai keunggulan yang akan diunggulkan.
14.  PROGRAM BESAR TAHUNAN: ROADSHOW PENANGANAN ANTI KEKERASAN, NARKOBA, DAN PORNOGRAFI;
Pada subyek yang satu ini perlu diputuskan perencanaan waktu dan pelaksanaannya. Pengalaman dan respons positif pasca seminar pertama yang dihelat GPAII menegaskan bahwa GPAI Kota Tangerang Selatan memang membutuhkan banyak asupan dan pencerahan tentang subyek ini.
15.  STANDARISASI KBM GPAI
Jika peningkatan kualitas KBM GPAI menjadi keharusan, maka merumuskan standar-standar acuan untuk tujuan ini mutlak dilakukan. Alur dan polanya seperti apa ini yang harus menjadi focus AGPAII
16.  REKOMENDASI KEPADA PIHAK EKSTERNAL
Dalam misinya mengayomi GPAI dan profesi keguruan yang disandang, AGPAII perlu bersikap tanggap merespon isu-isu yang mengemuka terutama yang menjadi ranah linier dengan keberadaan AGPAII. Peran strategis ini pada gilirannya menicayakan soliditas internal organisasi untuk urun rembug merumuskan rekomendasi rekomendasi penting kepada pihak pihak ekternal pemangku kepentingan dan/atau pengayom kebijakan bukan sekadar menunjukkan eksistensi AGPAII, tapi lebih kepada upaya kontributif AGPAII.
17.  SUMBER-SUMBER KEUANGAN        
1.        Iuran anggota
2.        Usaha-usaha yang dikembangkan AGPAII
3.        Sumbangan sukarela GPAI
4.        Subsidi pembiayaan pihak ekternal
5.        Sponsorship dan partnership
6.        Dll
BSD, 26 Januari 2016/ 17 Robiul Akhir 1437H

Mengetahui  Tim SC :
1.      Abdulah Faqih                            (Ketua)
2.      Muhammad Anshori                      (Anggota)
3.      Agus Muslim                              (Anggota)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar