MATERI RAPAT KERJA ASOSIASI GURU
PAI KOTA TANGERANG SELATAN
BOGOR , 30-31 JANUARI 2016
Program ini disusun sebagai bahan
rapat kerja AGPAII. Mengingat keterbatasan kontribusi saran, pendapat, dan
masukan pada saat penyusunan program, draft yang disusun ini masih perlu
disempurnakan dan akan disahkan dalam
rapat kerja sebagai acuan kerja definitif Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Guru
Pai Indonesia Kota Tangerang Selatan
1. PENDATAAN ONLINE KARTU ANGGOTA
AGPAII;
Sebagai
organisai massa yang visi misinya diarahkan untuk berkhidmat meningkatkan
profeionalime guru PAI , maka memberikan aksesibilitas dan kemudahan
seluas-luanya bagi GPAI untuk beroleh berbagai informasi terupdate merupakan
kenicayaan. Jika upaya konvensional dengan pendekatan head to head communication
agak muykil dilakukan karena keterbataan ruang dan waktu selain eratisitas
kesibukan dan aktivitas tiap tiap GPAI. Sehingga sangat dimungkinkan
keterjangkauan arus komunikasi antar GPAI berjalan tidak merata. Walhasil
banyak GPAI yang belum terdata dalam komunitas besar GPAI. Maka agar niatan
strategis ini bisa diwujudkan, plus bersikap adaptif terhadap perkembangan
teknologi informasi, pendekatan ciber (cyber approach) melalui pendataan GPAI
secara online menjadi penting dilakukan
2. PENGUATAN JARINGAN INTERNAL
DENGAN FKG, KKG, MGMP
Sebelum
AGPAII disahkan secara regulative sebagai rumah besar GPAI, beberapa
perkumpulan formal yang dibentuk untuk mewadahi hajat komunikasi formal dan
informal GPAI melaui KKG, FKG, dan MGMP telah terlebih dahulu menunjukkan
ekisteninya dalam konstalasi yang beragam. Bagi AGPAII keberadaan
organisasi-organisasi tersebut harus dipandang sebagai anugerah tak terduga
(blessing in disguess) yang harus disikapi dalam perspektif kemitraan positif.
Diperlukan sebuah rumusan agar bisa mempertemukan aksentuasi khas gerakan
masing masing agar tidak saling bertumbukan dan bereseberangan alih-alih saling
menguatkan. Rumuan terebut pada gilirannya diupayakan menjadi semacam kisi
kiisi gerakan yang mempertautkan dan dapat dijalankan secara beriringan.
3. PENGUATAN JARINGAN EKSTERNAL:
KEMENAG, DINAS PENDIDIKAN, PEMKOT, DLL
Dalam
lingkup kedinasan, profesi guru akan sangat erat kaitannya dengan satuan-satuan
pengayom formal yang menjadi representasi dan kepanjangan tangan pemerintah dalam
berkhidmat di dunia pendidikan. Hal ini terkait langsung dengan arah kebijakan
dan kebajikan yang penting untuk dicermati secara partisipatif, adaptif, dan
komunikatif. Di samping itu, harus diakui bahwa AGPAII sebagai organisasi non
provit sangat tidak mungkin menjalankan visi dan misinya melalui berbagai
kegiatan tanpa sokongan kebijakan dan kebajikan. Karenanya, diperlukan suatu
strategi agar peran AGPAII tidak terseok-seok diantara GPAI dan egala
persoalannya dengan abai terhadap berbagai peluang yang belum tergali di tempat
mana organisasi ini berkhidmat
4. KERJASAMA DENGAN KESBANGPOL
Harus
diakui bahwa tendensi masyarakat global terhadap semua yang berlabel Islam
kerap telah menjelma menjadi stereotype negatif bagi ummat Islam pada umumnya.
Terlebih jika dihubungkan dengan maraknya kasus terorisme yang ditenggarai banyak
dilakukan oleh ‘oknum’ ummat Islam tertentu yang menggunakan label-label islam
untuk sebagai pemantik aksi. AGPAII yang mengusung Islam yang sejatinya
‘rahmatan lil ‘aalamiin’ harus menjadi arus utama yang mampu menepis stereotype
yang terlanjur disematkan kepada islam dan Ummat Islam. Karenanya AGPAII perlu
menentukan berbagai ikhtiar positif agar misi agungnya linier dengan misi
kemanusiaan mewujudkan kedamaian secara universal dalam arti seluas-luasnya.
Sebagai wadah pemerintah daerah yang ditugasi mengayomi persoalan-persoalan
masyarakat dan penyelesaiannya menjalin kerjaama dengan Kesbangpol Pemerintah
Kota Tangerang Selatan menjadi kenicayaan.
5. PEMBUATAN PROGRAM KERJA
BERSTANDAR NGO;
Agar
posisi tawar organisasi dan kontribusinya bisa diakui oleh masyarakat luas,
menjalin kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat adalah keharusan.
Kepercayaan menjadi harga mati yang dibutuhkan. Oleh karena itu, AGPAII harus
mampu merumuskan program kerja yang tidak sekedar memenuhi standar normatif
namun juga harus adaptif , responsif, mengglobal, dan prospektif .
6. PENYEMPURNAAN PROGRAM BTQ;
Bagi
ummat Islam Al-Qur’an adalah arus utama menata kehidupan. Karenanya upaya
membumikan nilainilai AlQur’an harus diusung sebagai arus utama. “Al-Qur’an
lebih utama diajarkan dan dipelajari”, demikian kira-kira semboyan yang
diusung. AGPAII harus berusaha merumuskan langkah dan strategi yang tepat guna
dan tepat sasaran agar proses internaliasi nilai-nilai AlQuran melalui
pembelajaran seperangkat anasir pendukungnya dapat terlaksana. Terlepas dari
Kkebijakan politis dan strategis pemerintah kota Tangerang Selatan yang
menjadikan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) selain sebagai andalan keunggulan,
merumuskan berbagai acuan dan program untuk penyempurnaan program BTQ menjadi
persoalan tersendiri bagi AGPAII. Dengan rumuan ini AGPAII akan memiliki posisi
tawar yang strategis sekaligus berada di
dalam garda terdepan dalam pengajaran BTQ di Kota Tangerang Selatan. Terlebih
pemerintah Kota Tangerang Selatan, terlepas dari anasir politis, telah
meluncurkan kebijakan Tangerang Selatan Menghafal. Kebijakan tersebut, sekali
lagi, terlepas dari persoalan politis, bagi AGPAII adalah sebuah tantangan.
Setidaknya, AGPAII telah menyiapkan sejumlah langkah agar kebijakan BTQ Tangsel
benar benar konkret dan aplikatif. Beberapa agenda baik yang terkait dengan
kebijakan dan kebajikan pengurus AGPAII periode sebelumnya yang perlu dikawal
dan disempurnakan, AGPAII perlu juga mengelaborasi berbagai pendekatan, metode,
dan program untuk penyempurnaan BTQ. Beberapa usulan telah mengemuka dari
berbagai elemen GPAI semisal penyempurnaan rumuan BTQ, Penyusunan Buku Panduan
Pembelajaran BTQ, Panduan Tahfizhul Qur’an yang kontinum meliputi semua jenjang,
Pendekatan Metode Tamyiz untuk penguasaan Tarjamah Qur’an dengan pendekatan
rekreatif, dll..
7. PELATIHAN METODE TAHSIN DAN
TAHFIZH ALQUR’AN
8. PELATIHAN METODE TAMYIZ (PINTAR
TARJAMAH QUR’AN 24 JAM)
Program
7-8 terintergrasi dengan program 6 dari sisi linearitas namun untuk menjaga
independensi dan keajegan masing-masing keduanya layak dijadikan program
andalan AGPAII. Melalui kedua program ini diharapkan bisa melahirkan sebuah
kegiatan akbar semisal parade akbar 5000 siswa menghafal Yasin dan Menerjemah
Qur’an. Jika keterjangkauannya bisa menyentuh mayoritas GPAI di masa masa
selanjutnya AGPAII bisa merumuskan system kontrol untuk mengukur ketercapaian
program pada tataran aplikasi.
9. MEMFASILITASI LAYANAN ADVOKASI
GPAI
Sebagai
organisai yang mewadahi komunitas GPAI, upaya mengakomodasi kebutuhan linier
yang terkait dengan profesi keguruan menjadi arus utama. Tetapi, persoalan yang
menyangkut GPAI tidak tercekat dalam persoalan normatif ansich. Ada sejumlah
persoalan yang kadang-kadang menjadi penting jadi subyek perhatian, namun kita
kerap abai terhadap persoalan-persoalan tersebut. Persoalan yang dimakud di
sini adalah yang menyangkut perlindungan hukum terhadap GPAI. AGPAII sebagai
rumah besar GPAI harus bisa menjadi harapan bagi seluruh GPAI pada lingkup
tugas yang dimungkinkan mendapatkan hak perlindungan hukum. Karenanya
diperlukan sikap akomodatif atas persoalan-persoalan yang membutuhkan advokasi
sekaligus ranah apa saja yang bisa dilakukan AGPAII untuk GPAI pada aspek
advokasi.
10. PEMBENTUKAN KOPERASI AGPAI
Merumuskan
program equivalen dengan merumuskan struktur kebutuhan. Jika kebutuhan yang
dimakud linear dengan kata pembiayaan, maka, uruan pembiayaan program juga
harus menjadi subyek yang dicermati dan dipikirkan bersama. Sebagai organisasi
nonprovit AGPAII bukanlah lumbung uang yang setiap kali menentukan kegiatan
dengan serta merta beban pmbiayaan bisa dicairkan saat dibutuhkan. Diperlukan
keuletan dan rembug pikir agar semua kegiatan tidak selalu terbentur persoalan
financial. Maka, diperlukan sebuah terobosan dan terabasan agar setidaknya ada
sebuah alternatif dari sekian banyak solusi yang sukar ditempuh melalui usaha
pendirian KOPERASI AGPAII.
11. PERTEMUAN RUTIN PENGURUS DIKEMAS
DALAM BENTUK WORKSHOP, SEMINAR, DLL;
Membangun
kebersamaan dan kebermaknaan sekaligus dalam satu kesempatan adalah sesuatu
yang sulit diwujudkan. Acapkali ekspektasi ideal yang kita bangun tidak gayung
bersambut dengan antusiasme untuk mewujudkannya. Sekedar untuk berkumpul dan
mengerahkan masa dalam kegiatan tertentu belum tentu melahirkan kebermaknaan.
Membangun sinergi dalam bangunan organisasi tidak mungkin terjadi tanpa
didukung komunikasi yang efektif. Supaya komunikasi terjalin dengan intens dan
efektif sekaligus perlu diupayakan satu cara serius yang dibangun di atas
sebuah komitmen bersama. Komitmen inilah yang pada gilirannya akan melahirkan
kebermaknaan.
12. PENINGKATAN KUALITAS KBM GPAI
AGPAII
harus concern pada persoalan persoalan yang terkait langsung dengan sikap
profesionalitas GPAI. Jika disederhanakan dalam lingkup tugas utamanya,
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah tugas professional GPAI.
Fokus pada peningkatan kualitas KBM bagi GPAI adalah mutlak. Sebab, dari
ruang-ruang terbatas berupa kelas pembelajaranlah transformasi nilai-nilai
idealisme akan dibangun. AGPAII dituntut agar mampu merumuskan pola-pola
dan/atau kegiatan-kegiatan yang diarahkan secara langung pada peningkatan
kualitas KBM GPAI. Termasuk di dalamnya mencarikan solusi agar keterjangkauan
‘aksi’ peningkatan kualitas KBM GPAI benar-benar-benar dirasakan GPAI dalam
arti seluas-luasnya.
13.
STUDY
BANDING ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN
Membangun
organisasi menjadi lebih baik kerapkali harus dilakukan dengan cara
membanding-bandingkan (komparasi). Dari sini akan terlihat apa yang menjadi
kelemahan yang haru ditutupi dan kelebihan yang harus dipertahankan dan
dikembangkan. Yang menjadi kebiasaan umum kegiatan yang satu ini adalah
mengangkat keunggulan dan kerap membesar-besarkan keunggulan pihak lain tanpa
berupaya mengelaborasi keunggulan-keunggulan tersebut menjadi sebuah pola
keunggulan baru. Dalam upayanya ini AGPAII perlu memilah dan memilih lembaga,
institusi, atau organisasi apa yang perlu dijadikan tujuan studi banding
mengacu pada program dan nilai-nilai keunggulan yang akan diunggulkan.
14. PROGRAM BESAR TAHUNAN: ROADSHOW
PENANGANAN ANTI KEKERASAN, NARKOBA, DAN PORNOGRAFI;
Pada
subyek yang satu ini perlu diputuskan perencanaan waktu dan pelaksanaannya.
Pengalaman dan respons positif pasca seminar pertama yang dihelat GPAII
menegaskan bahwa GPAI Kota Tangerang Selatan memang membutuhkan banyak asupan
dan pencerahan tentang subyek ini.
15. STANDARISASI KBM GPAI
Jika
peningkatan kualitas KBM GPAI menjadi keharusan, maka merumuskan
standar-standar acuan untuk tujuan ini mutlak dilakukan. Alur dan polanya
seperti apa ini yang harus menjadi focus AGPAII
16. REKOMENDASI KEPADA PIHAK
EKSTERNAL
Dalam
misinya mengayomi GPAI dan profesi keguruan yang disandang, AGPAII perlu
bersikap tanggap merespon isu-isu yang mengemuka terutama yang menjadi ranah
linier dengan keberadaan AGPAII. Peran strategis ini pada gilirannya
menicayakan soliditas internal organisasi untuk urun rembug merumuskan
rekomendasi rekomendasi penting kepada pihak pihak ekternal pemangku
kepentingan dan/atau pengayom kebijakan bukan sekadar menunjukkan eksistensi
AGPAII, tapi lebih kepada upaya kontributif AGPAII.
17. SUMBER-SUMBER KEUANGAN
1.
Iuran anggota
2.
Usaha-usaha yang dikembangkan AGPAII
3.
Sumbangan sukarela GPAI
4.
Subsidi pembiayaan pihak ekternal
5.
Sponsorship dan partnership
6.
Dll
BSD,
26 Januari 2016/ 17 Robiul Akhir 1437H
Mengetahui Tim SC :
1.
Abdulah Faqih (Ketua)
2.
Muhammad
Anshori (Anggota)
3.
Agus Muslim
(Anggota)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar